Berburu Burung Ciblek Saat Malam

Musim hujan tahun itu cukup lama, bumi dan seisinya basah, saat itu bumi tak henti-hentinya di guyur hujan, dari pagi buta hingga malam, sungai dan selokan taklagi  mengalir, penuh dengan guyuran air hujan yang terus-menerus, permukaan air hampir menutup semua akses jalan perkampungan.

http://pagiberkico.blogspot.co.id/
Burung Ciblek

Menanti dan menanti berharap hujan itu akan berhenti sore itu, beberapa sahat-sahabat bermain datang kerumah, memaksa dan menerobos derasnya air hujan, sengaja untuk berkunjung kerumah, hanya sekedar menghilankan kejenuhan dirumahnya, kami bersama duduk-duduk di teras depan rumah, ternyata apa yang kami rasakan sama, jenuh dan suntuk menunggu di dalam rumah. Sekian lama kami berbincang, ngalor ngidul hanya untuk menunggu sampaikapan hujan itu berhenti, sehingga kita dapat bermain dan beraktifitas lagi diluar.

Secangkir demi secangkir teh yang kubuat mulai habis, padahal satu teko penuh aku buat, bersama gula batu, taketingalan ubi goreng buatan ibuku, sepotong demi sepotong memenuhi isi perutku yang kosong, seiring hujan dan hawa dingin menyelimuti kami berbincang. Yang pada akhirnya azan magrib mengakhiri pebincangan kami.

Seusai magrib hujan mulai reda, kami mulai membuat rencana untuk mengisi sisa malam yang dingin, menjadi perburuan pada saat malam, menjadi sebuah aktifitas yang mengasyikan. Berburu burung pada saat malam jarang sekalih kita lakukan, karena biasanya namanya berburu itu dilakukan pada siang hari, karena kami sangking jenuhnya, kami lakukan pada malam itu setelah hujan reda, setelah isa kami berangkat.

Peralatan dan perlengkapan segera kami persiapkan, dari senter, jaring, perekat atau lem khusus, dan sedikit singkong rebus dan air minum, satu persatu kami masukan kedalam tas rangsel, rencananya kita bergerak menelusuri pingiran ladang singkong dan bibir sungai di pingiran kampung mungkin sampai kampung sebrang, dan kami tidak mengunakan alas kaki untuk memudahkan perjalanan kami menelusuri tanah becek dan berlumpur.

Malam itu kami berempat berangkat dengan keyakinan mendapat hasil buruan lebih banyak, walau dengan peralatan seadanya, berjalan keluar kampung dengan suasana yah rasakan sendiri, dingin mengigil dan wow ... agak sedikit mencekam, senter mulai dinyalakan satu demi satu pohon singkong disorot berharap ada burung yang tidur di batang daun singkong.

http://pagiberkico.blogspot.com/
Pohon Turi & Singkong

Kaki mulai kaku hampir tidak bisa merasakan dinggin dan lumpur yang melekat di kaki, kami terus berjalan, kami berjalan berjejer dan yang di depan yang membawa senter yang menyala, sedangkan yang dibelakanya bergantian, agar tidak kehabisan baterai. Sesekali membetulkan sarung yang di kalungkan di leher, sontak kita terkejut kami yang didepan berhenti mendadak karena melihat ada seekor ular, melingkar pas di depan kita menghalangi jalan, ular itu takbergerak mungkin sedang tidur atau kekenyanggan, kami menghindar agar ular itu tidak terganggu.

Tidak jauh dari ular tadi, kita temukan apa yang dari tadi kita buru, pas di pangkal daun singkong dua ekor burung ciblek sedang tidur pules, hampir tidak merasakan kedatangan kami, buruan pertama kami dapatkan, dengan hasil itu kami mulai bersemangat sampai tidak merasakan bahwa malam semakin larut. Lalu kami pindah ke tempat lain, pohon turi yang agak tinggi, mencoba berjalan tidak bersuara dan senter kami sorotkan keatas dan kebawah, karena takutnya ada binatang melatah yang terinjak, di area kebun turi kami dapatkan burung deruk, tapi sayang posisinya di pucuk pohon, dan kami sulit untuk menangkapnya, selain batang pohon turinya kecil guncangan kami saat naik akan mengakibatkan burung itu terbangun dan terbang.


http://pagiberkico.blogspot.com/
Burung Ciblek Tidur Pules

Pada akhirnya kami kembali ke pohon singkong, di pingiran sungai yang berjajar, sebelum sampai menuju pingiran sungai, kami harus melewati rel kereta uap peninggalan kolonial Belanda, dan kami sepakat untuk beristirahat di situ sambil mengatur rencana selanjutnya, perbekalan dan air minum kami keluarkan, saat itu hampir pukul 22.00 malam, sambil menikmati singkong rebus dan air putih yang dingin sedingin es, itu sudah cukup menganjal perut yang dari tadi kroncongan. 

Hujan tadi sore seakan di habiskan karena cuaca pada malam itu menjadi sangat cerah, awan seolah berlarian menghindar dari sinar bulan yang turun dan menyinari seisi bumi, membuat kami berempat lebih bersemangat, melanjutkan perburuan, setelah kami cukup beristirahat kami bergegas melanjutkan menelusuri bibir sungai yang di penuhi pohon singkong, yang pohonya tidak terlalu tinggi, dan di situlah kami mendapatkan lebih banyak burung, walau binatang malam lain sering menghalangi langkah kami, dari ular serta musang, yang pada malam hari keluar dari sarangnya mencari makan, cukup membuat kaget kami, saat mereka melintas di depan kami, tetapi kami terus melanjutkan perburuan burung Ciblek, walau kehati-hatian dan kewaspadaan terus kami lakukan.



http://www.pagiberkicau.com
Pohon Singkong

Hari mulai pagi takterasa letih dan lelah datang, begitu juga perut mulai meremas serta mulut terasa kecut, lengkap sudah untuk mengakhiri perburuan malam itu, kami memutuskan untuk kembali pulang, walau tidak terasa perjalanan sudah terlalu jauh dari start awal, dan sepakat kami bersama untuk kembali dan Alhamdulillah, hasil perburuan malam ini lebih dari cukup, walau beberapa target lepas.

Kami berempat berjalan menelusuri rel kereta, sarung dan kupluk menjadi pembungkus tubuh dan kepala, dingin yang makin lama makin menusuk malam itu. Kami berempat tidak langsung pulang karena perut kami makin lama makin meremas, lapar banget om! Setelah sepakat untuk memutuskan pergi ke rumah sahabat masa kecilku yang orang tuanya penjual nasi Ponggol, dan biasanya jam 02.00 pagi sudah mangkal, dan dari kejauhan sudah terlihat lampu patromak yang dia gunakan sebagai penerangan berjualan, terlihat sangat terang kami coba mendekat, berharap apa yang kami cari sudah tersedia.

Dingin-dingin begini menikmati bajigur dan nasi ponggol terasa nikmat, usai sudah rasa lapar yang begitu hebat meremas perutku, gorengan juga ada lengkap, harganya cukup murah, pokoknya mantap. Nasi ponggol yang dijual biasanya menyediakan untuk para pelancong yang akan panen padi atau pengarap sawah, tempatnya cukup strategis di perempatan antara perbatasan 3 kampung, walau pagi masih gelap tapi suasana cukup ramai.

Burung Ciblek masih banyak ditemukan di pingiran pemukiman, dan ladang, sawah yang dekat dengan kehidupan manusia. Sahabat Pagiberkicau perlu mencoba., selamat berpetualang.



Komentar

  1. subhanallah banget, itu perjuangan mencari burung ciblek. DI tegallega banyak burung ciblek om.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe ... pecinta burung banget, sangat tidak terlupakan, sebenarnya ada cerita seremnya, tapi ogah inget terus.

      Hapus
    2. kisah seremnya pas pulang sang istri sudah menghadang di pintu sambil bawa sapu!

      Hapus
    3. Hahahaha ... pengalaman euy

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisata Burung Bandung Selatan

Burung Cungcuing Mistis (Cacomantis merulinus)

Titimplikku Ngiriwik (Mirafra javanica)